Hi all~~
Hope you enjoy visiting this blog...
and yeah, i have a little minor blog
it contain all the lyric that i translated/taken fr other site...
N all the lyrics here are taken from that minor blog of mine.. ^^
if you want to check the lyrics, just drop by... ^^
it's here

Tuesday, December 8, 2009

[FF] Only You

“Yoonri!!”, panggil seseorang mengagetkan Yoonri..


“Ne, oppa.. Nega yogi issoyo…”, kata Yoonri sambil meraba2 dalam kegelapan..

Ternyata Yoonri bisa juga terbiasa dalam kegelapan ini, semenjak ia kehilangan penglihatannya 6 bulan yang lalu..

“Ja… Iko…”, kata Chan sambil menaruh sesuatu di tangan Yoonri..

“Ne? Iko muoya oppa?”

“Satang…. Satang-eun chuaeyo, kucho?”

“Ne…”, kata Yoonri sambil mulai membuka bungkus permen itu dan memakannya.

“Ja… Kita ke taman tengah yuk..”, ajak Chan sambil menuntun Yoonri ke taman tengah rumah sakit.

Ya, sejak Yoonri kehilangan penglihatannya, ia terus berada di rumah sakit, karena ortunya menyuruhku tetap berada disini. Yoonri memang merasa dibuang… Tapi semuanya itu nggak berarti lagi sejak ia bertemu Chansung.. Yoonri nggak tahu kenapa Chan bisa di rumah sakit ini. Tapi Yoonri tahu kalau Chan juga salah satu pasien di rumah sakit ini.

“Yoonri, aku mau membicarakan sesuatu…”, kata Chan setelah mendudukan Yoonri di bangku taman.

“Ne, oppa?”

“Apa yang kamu lakukan, kalau nanti kamu sudah bisa melihat?”

“Ne? Humm……”

“Muoyo?”

“Uhmmm…. Aku… ingin oppa adalah orang pertama yang kulihat nanti…”, kata Yoonri dengan muka bersemu merah..

“Hahahahaha…. Yoonri, Yoonri…”, kata Chan gemas.

“Kumanhe oppa… Malu…”, kata Yoonri sambil memalingkan mukanya.

Tapi tiba2 Chan meraih tangan Yoonri dan menaruhnya di wajahnya..

“Oppa? Wue irae?”

“Sebelum kamu bisa melihat, lebih baik kamu hafalin dulu mukaku…”, katanya sambil menggerakkan tangan Yoonri ke seluruh wajahnya.

Muka Yoonri tambah memerah, tapi ia juga tidak menarik tangannya.

“Kamu punya waktu sebelum aku keluar dari rumah sakit ini, untuk menghafalkan wajahku…”, kata Chan dengan nada ceria.

“Ne? Oppa sudah mau keluar dari rumah sakit?”, tanya Yoonri dengan muka berseri2..

“Loh, kok kelihatan bahagia banget?”, tanya Chan dengan nada kecewa.

“Hahaha… Iya dunk.. Kan oppa artinya sudah sembuh total… Jadi sudah sehat…”

“Ohh… Ak kira senang karena akhirnya nggak perlu ak ributin tiap hari… Hahahaha…”

“Ah, oppa… Nggak segitunya kali… Ak malah seneng oppa ributin ak tiap hari…”, kata Yoonri sambil tersenyum malu2..

“Chansung-sshi…. Sudah waktunya masuk…”, tiba2 seorang perawat menghampiri Chan dan Yoonri.

“Ah, ne… Aku antar Yoonri masuk dulu, baru aku kembali ke kamar…”, kata Chan, lalu mengantar Yoonri ke kamar..

“Yoonri, mianhae, nggak bisa nemeni kamu di taman lebih lama lagi..”

“Nggak apa apa kok oppa.. Yang penting oppa kan tetep nemeni aku…”

“Arasoh… Ak kembali ke kamar yah…”, pamit Chan.

“Ne… Jalka…”, kata Yoonri sambil melambaikan tangannya ke udara kosong.

Yoonri pun naik ke kasurnya, dan menghabiskan sepanjang sisa hari itu mendengarkan siaran radio favoritnya, dan melamun.

Tiap2 hari, Chansung selalu menghampiri Yoonri, dan menyuruhnya menghafalkan raut wajahnya.

“Oppa… Kenapa tiap hari aku disuruh menghafalkan wajah oppa si?”, tanya Yoonri sambil setengah cemberut.

“Biar kamu hafal… Biaar kamu nggak lupa… Biar kamu nggak keliru dengan orang lain…”, jelas Chan sambil tertawa..

“Hahahaha.. Oppa ada2 ajah… gimana ak bisa salah dengan orang lain? Lagipula aku sudah hafal…”

“Ah… tapi kamu harus janji, kamu nggak boleh lupa…”, tanya Chan dengan nada sedih..

“Oppa? Kok kedengarannya sedih?”

“Ah… Ani… Haengbokhaesso…”, kata Chan dengan nada yang kembali ceria..

“Ahhh…. Hahahaha…”, tawa Yoonri bahagia.

Dan mereka mengakhiri hari itu..

Tetapi keesokan harinya, tiba2 Chan tidak menghampiri Yoonri. Karena merasa mungkin Chan ada perlu, Yoonri tidak khawatir. Tapi ternyata hari berikutnya, Chan juga tidak muncul juga.

Karena khawatir, dan berpikir bahwa Chan nggak mau menemuinya lagi, Yoonri pun untuk pertama kalinya, memberanikan diri untuk keluar dari kamarnya seorang diri..

Sambil meraba2 tembok rumah sakit, Yoonri pun berusaha mencari perawat.

“Yoonri-sshi… Kenapa keluar kamar sendiri?!”, seru Minrae, perawat yang selama ini selalu merawat Yoonri.

“Ah… Minrae onnie?”, tanya Yoonri sambil tersenyum.

“Ne… Kamu mau kemana?”

“Ah.. Ani… Onnie, onnie tahu kan Chansung oppa? Yang sering main denganku?”

“Ah…. Ne…”, kata Minrae dengan nada yang agak jengah..

“Chansung oppa sudah 2 hari nggak menghampiri aku… Apa ada sesuatu dengan Chansung oppa?”

“Ani… Chansung-eun gwenchana… Dia lagi dirawat…”, kata Minrae, sambil berusaha membimbing Yoonri balik ke kamarnya.

“Jinja gwenchana? Sakitnya kumat yah?”, tanya Yoonri sambil menurut dituntun Minrae.

“Gwenchana… Di rawat biasa kok…”, kata Minrae tenang.

“Arasoh…”, kata Yoonri sambil tersenyum kembali.

Tapi tetap, setelah hari itu, Chan nggak pernah menghampiri Yoonri lagi.

“Chansung oppa kenapa ya? Apa bener2 nggak mau ketemu aku lagi? Nggak mau temenan ma aku?”, gumam Yoonri sambil menangis..

“Yoonri-sshi… waktunya minum obat…”, kata Minrae sambil membuka pintu.

“Ya… Yoonri-sshi, kenapa menangis?”

“Onnie? Minrae onnie?”

“Ne… Wue uroyo?”

“Onnie.. Chansung oppa nggak pernah nemuin ak lagi… Kenapa?”, tanya Yoonri sambil menangis di pelukan Minrae.

Minrae hanya menarik nafas panjang sambil mengelus punggung Yoonri.

“Onnie… onnie pasti tahu sesuatu kan?”, tanya Yoonri tiba2.

“Ne?”, kata Minrae kaget.

“Chansung oppa sudah keluar rumah sakit ya? Makanya ia nggak pernah nemuin ak lagi.. Ia sudah melupakan aku…”

“A.... Ie, Chansung-sshi sudah keluar dari rumah sakit….”, hanya itu yang dikatakan Minrae.

“Tesso, sudah waktunya minum obat.. Sebaiknya kamu minum obat dulu, sebelum dokter kesini..”

“Ne? Dokter? Kenapa? Nggak biasanya..”

“Ada yang ingin dibicarakannya kepadamu dan orang tua mu…”

“Ahh….”, kata Yoonri sambil menundukkan kepalanya, sedih.

“Sudah… Cepat minum sebelum dokter datang..”

“Ne…”, kata Yoonri sambil meminum obat itu.

Tidak lama, dokter pun datang..

“Yoonri-sshi, Mrss Kim, Mr Kim..”, kata dokter menyapa mereka.

“Ne… Wueyo? Tiba2 memanggil kami kesini?”, tanya appa Yoonri.

“Ah… jadi, tadi pagi, ada yang mendonorkan matanya, dan saya rasa pas dengan kebutuhan Yoonri..Jadi saya ingin menawarkannya kepada Yoonri..”

“Ne? Donor?”, tanya Yoonri kaget.

“Ne… Apa kamu ingin melihat lagi Yoonri?”, tanya dokter itu ramah.

“Ne!!”, seru Yoonri bahagia.

“Aku ingin bisa melihat, dan mencari Chansung oppa!”, kata Yoonri semangat.

“Arasoh… kalau gitu, akan kami jadwalkan operasinya…”, kata dokter itu, lalu berlalu dari sana..

“Yoonri-ah… Siapa Chansung oppa itu?”, tanya omma.

“Ne? Chansung oppa? Ia yang selama ini menemani Yoonri di rumah sakit…”, kata Yoonri bahagia.

“Lalu?”

“Lalu… sekarang oppa nggak pernah ndatangi Yoonri, karena itu, kalau bisa melihat nanti, Yoonri mau mencari Chansung oppa..”

“Memang kamu tahu seperti apa rupanya?”, sahut appa skeptis.

“Ani… Tapi, aku hafal seperti apa rupanya… Aku bisa membayangkan mukanya…”, kata Yoonri sambil bersemu merah.

“Yoonri… apa yang kamu mau itu mustahil… Tapi terserah kamu aja… Yang penting, nanti kamu bisa melihat…”, kata omma pelan.

“Ne, omma…”, sahut Yoonri pelan, merasakan semangatnya mereda karena omongan omma.

Akhirnya tiba juga hari operasi itu..

Dan operasi itu berhasil, dan Yoonri pun harus menunggu beberapa hari sebelum perbannya dibuka dan bisa melihat.

Dengan hati berbunga2 membayangkan seperti apa rupa Chan ketika tahu Yoonri sudah bisa melihat dan menemukannya, Yoonri pun melalui hari2 dengan cepat..

“Yoonri-sshi, kamu sudah siap?”,tanya Minrae yang akan melepas perban mata Yoonri.

“Ne, onnie…”, kata Yoonri mantap.

“Ok… Kita mulai…”, kata Minrae sambil perlahan membuka perban Yoonri..

Ketika perbannya telah terbuka..

“Buka matamu perlahan… perlahan saja…”, kata Minrae pelan..

Perlahan, Yoonri membuka matanya..

“Bagaimana?”, tanya Minrae cemas.

“Aku… Kabur… Semua kabur… Tapi aku bisa melihat…”, kata Yoonri masih nggak percaya..

“Hahahaha… memang pertamanya akan kabur, tapi perlahan akan kembali normal…”

“Ne…”, kata Yoonri berseri2.

“Yoonri-ah… chukae…”, kata omma sambil memeluk Yoonri.

“Ne, omma… Omma masih tetap seperti yang aku ingat…”, kata Yoonri sambil mulai meneteskan air mata..

“Yoonri-ah.. kenapa menangis? Omma jadi ikut menangis nih…”, kata omma sambil ikut menangis..

“Omma… Kukira selama ini omma membuang aku, jadi menyuruhku terus disini…”

“Ani… Itu karena omma sayang… Di rumah tidak ada yang memperhatikanmu… Omma dan appa sibuk bekerja mengumpulkan uang supaya kamu bisa melihat… Dan ternyata itu nggak sia2…”, kata omma terisak..

“Ne, omma….”, kata Yoonri sambil memeluk omma.

Minrae yang melihat itu, perlahan2 keluar dari kamar.

Akhirnya Yoonri diperbolehkan pulang juga, beberapa hari setelah perbannya dilepas.

“Ahh… Akhirnya pulang juga…”, kata Yoonri sambil mulai meringkas barang2nya..

“Ahahahaha…. Bodohnya aku…”, kata Yoonri ketika menemukan bungkus2 permen yang selama ini diberikan oleh Chansung.

“Hum… Tapi ini merupakan hartaku…”, kata Yoonri lagi sambil melihat bungkus2 itu..

“Hum?”, gumam Yoonri ketika melihat, ternyata di balik bungkus2 permen itu, ada tulisan..

Yoonri membacanya perlahan…

“Yoonri-sshi…. Ortumu sudah menjemputmu… Apa kamu sudah siap?”, tanya Minrae sambil masuk ke kamar Yoonri.

“Yoonri?”, tny Minre bingung, ketika menemukan Yoonri menangis sambil memegang bungkus2 permen itu.

“Onnie… Apa itu emang benar?”

“Ne?”

“Chansung oppa… Disini ia menulis… Kalau sebenarnya…”, gumam Yoonri nggak sanggup melanjutkan kata2nya..

“Yoonri-sshi… Mian…”, kata Minrae sambil menghampiri Yoonri, menenangkannya..

“Yoonri-ah… Mian…. Selama ini aku merahasiakan sesuatu… Kamu mungkin akan membuang bungkus2 permen ini.. Tapi aku memang berharap kamu nggak akan pernah membaca ini… Tapi aku sakit… sakit parah… dan aku nggak akan mungkin sembuh.. karena kamu tidak bisa melihat, aku bisa berpura2 sehat. Karena kamu tidak bisa melihat, aku bisa berpura2 kuat.. tapi akhir2 ini keadaan nggak seperti yang aku harapkan… sakitku bertambah parah.. Mian… Jeongmal mian… Terakhir, aku ingin menitipkan mataku padamu… Jadi kamu bisa melihat, apa yang selama ini aku lihat… Saranghae… Mian…”

Note:


Nega yogi issoyo = ak disini

Satang-eun chuaeyo, kucho = suka permen kan?

No comments: